src="https://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.8.3/jquery.min.js" type="text/javascript">

Jumat, 16 Oktober 2015

Jebol Perawan Tetangga ABG

Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD porno sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin segera disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena ada kerabat punya hajat menikahkan anaknya. Anak tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa berdenyut-denyut bagian pucuknya. "Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton CD porno seharian", gumamku.
Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es lalu menghidupkantape deck. Lumayan, tegangan agak mereda. Tetapi ketika ada video klip musik baratagak seronok, penisku kembali
berdenyut-denyut. Nah, belingsatan sendiri jadinya.Sempat terpikir untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin. Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang. Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap. "Sekarang minta jatah..". Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan membaca surat kabar pagi yang belum tersentuh. Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku mengalihkan pandangan ke arah suara. Renny anak tetangga mendekat. "Selamat sore Om. Tante ada?" "Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada apa?" "Wah gimana ya.." "Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa", kataku ramah. ABG berusia sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia duduk di kursi kosong sebelahku. "Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu", tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai mekar itu. "Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru.." "Majalah apa sich?", tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih. "Apa saja. Pokoknya yang terbaru". Oke silakan masuk dan pilih sendiri". Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti. "Cari sendiri di rak bawah televisi itu", kataku, kemudian membanting pantat di sofa.
Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ.
Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang.
Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya padat berisi.
Bra-nya membayang di baju kaosnya. Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau
saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.
"Nggak ada Om. Ini lama semua", katanya menyentak lamunan nakalku.
"Ngg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana"
Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main ke rumahku.
Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku
itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal. Mataku mengikuti Renny yang tanpa
sungkan-sungkan masuk ke kamar tidurku. Setan berbisik di telingaku,
"inilah kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-denyut.
Tapi dia masih kecil dan anak tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu semua,
yang penting birahimu terlampiaskan".
Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat anak itu berjongkok
membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan.
"Sudah ketemu Ren?" tanyaku.
"Belum Om", jawabnya tanpa menoleh.
"Mau lihat CD bagus nggak?"
"CD apa Om?"
"Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini."
Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir ranjang. Aku memasukkan
CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar.
"Film apa sih Om?"
"Lihat saja. Pokoknya bagus", kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga.
"Ihh..", jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh.
"Bagus kan?"
"Ini kan film porno Om?!"
"Iya. Kamu suka kan?"
Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya.
Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk gadis itu dari belakang.
"Kamu ingin begituan nggak?", bisikku di telinganya.
"Jangan Om", katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku yang melingkari lehernya.
Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.
"Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo.."
"Tapi.. tapi.. ah jangan Om." Dia menggeliat berusaha lepas dari belitanku.
Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya. Dia melenguh dan hendak memberontak.
"Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah pengalaman.."
Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal pahanya. Saat jari-jariku
mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang. Tampak birahinya sudah
terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai.
Mulutku tak sabar lagi segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna hitam.
"Ohh.. ahh.. jangan Om", erangnya sambil berusaha merapatkan kedua kakinya.
Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas.
Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu begitu mungil,
berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil.
Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku
mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus menggelinjang sambil
melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah
meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi.
Oke Non. Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi dinding vaginanya yang mulai
basah. Lima menit lebih barang kenikmatan milik ABG itu kuhajar dengan mulutku.
Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan.
Menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32. Setelah kuremas-remas buah dadanya yang masih
keras itu beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium putingnya yang kecil.
"Ahh.." keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada
tara yang mungkin baru sekarang dia rasakan.
"Enak kan beginian?" tanyaku sambil menatap wajahnya.
"Iii.. iya Om. Tapi.."
"Kamu pengin lebih enak lagi?"
Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang.
Kini dia tampak telentang pasrah. Penisku pun sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran.
Namun aku harus hati-hati. Dia masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan.
Mulutku kembali bermain-main di vaginanya. Setelah kebasahannya kuanggap cukup,
penisku yang telah tegak kutempelkan ke bibir vaginanya.
Beberapa saat kugesek-gesekkan sampai Renny makin terangsang.
Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke celah yang masih sempit itu.
Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga makin melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit
lebih agar kepala penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat sebentar karena dia tampak menahan nyeri.
"Kalau sakit bilang ya", kataku sambil mencium bibirnya sekilas.
Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol perawannya.
Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada kemajuan.
Leher penisku mulai masuk.
"Auw.. sakit Om.." Renny menjerit tertahan.
Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa menerima penisku yang berukuran sedang.
Satu menit kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah aku maju.
Sampai akhirnya.. "Ouu..", dia menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu.
Wah aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.
Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk menenangkan.
Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu.
"Ahh.. ohh.. asshh..", dia mengerang dan melenguh ketika aku mulai turun naik di atas
tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya pun makin keras. Mendengar itu aku makin
bernafsu menyetubuhi gadis itu. Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika
kakinya dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku.
"Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?"
"Ouu enak sekali Om.."
Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama. Tapi kupikir untuk
kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Terpenting dia mulai bisa menikmati.
Lain kali kan itu masih bisa dilakukan.
Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan sebelum spermaku muncrat
membasahi perut dan payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi perawan.
Sungguh-sungguh beruntung aku ini.
"Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?" tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang
lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks.
"Tapi takut Om.."
"Nggak usah takut. Takut apa sih?"
"Hamil"
Aku ketawa. "Kan sperma Om nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin hamil dong"
Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku tersenyum puas bisa meredakan adik kecilku.
"Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar berbagai gaya lewat CD".
"Kalau ketahuan Tante gimana?"
"Ya jangan sampai ketahuan dong"
Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini Renny kugenjot dalam posisi
menungging. Dia sudah tak menjerit kesakitan lagi. Penisku leluasa keluar masuk
diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya. Betapa nikmatnya memerawani ABG tetangga.

TAMAT



Baca cerita hot terbaru kami lainnya :
Cerita Dewasa | Tak Ada Cewek Kambing dan Ayam Pun Jadi
Cerita Dewasa | Cewek Kaya Jasmine
Cerita Dewasa | Adli Sayangku

Tidak ada komentar: