Akhirnya saya pergi ke Unit Gawat Darurat (UGD) sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta. Ketika saya periksa darah di laboratorium klinik di rumah sakit tersebut, ternyata hasilnya trombosit-ku turun jauh menjadi hampir separuh trombosit yang normal. Akhirnya sebab saya tak mau menanggung resiko, sore itu juga saya terpaksa harus rawat inap alias diopname di rumah sakit tersebut.
Di kamar itu, ada dua tempat tidur, satu milikku & satunya lagi untuk seorang pasien lagi, tentu saja cowok juga dong. Kalau cewek sih bakal jadi huru-hara tuh! Dari hasil ngobrol-ngobrol saya dengannya, ketahuan bahwa dia sakit gejala tifus.
Akhirnya, saya menghabiskan malam itu berbaring di rumah sakit. Perasaanku bosan sekali. Meski saya baru beberapa jam saja di situ. Tetapi untung saja, teman sekamarku senang sekali mengobrol. Jadi tak terasa, tahu-tahu jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Di samping mata sudah mengantuk, juga kami berdua ditegur oleh seorang suster & dinasehati supaya istirahat. saya & teman baruku itu tidur.
Saking nyenyaknya saya tidur, saya terkejut pada saat dibangunkan oleh seorang suster. Gila! Suster yang satu ini cantik sekali, sekalipun tubuhnya sedikit gempal tetapi kencang. saya tak percaya kalau yang di depanku itu suster.
Aku langsung mengucek-ngucek mataku. Ih, benar! saya tak bermimpi! saya sempat membaca name tag di dadanya yang sayangnya tak begitu membusung, namanya Jeny (bukan nama sebenarnya).
“Mas, sudah pagi. Sudah waktunya bangun”, kata Suster Jeny.
“Nggg…” dengan sedikit rasa segan akhirnya saya bangun juga sekalipun mata masih terasa berat.
“Sekarang sudah tiba saatnya mandi, Mas”, kata Suster Jeny lagi.
“Oh ya. Suster, saya pinjam handuknya deh. Saya mau mandi di kamar mandi.”
“Lho, kan Mas sementara belum boleh bangun dulu dari tempat tidur sama dokter.”
“Jadi?”
“Jadi Mas saya yang mandiin.”
Dimandiin? Wah, asyik juga kayaknya sih. Terakhir saya dimandikan waktu saya masih kecil oleh mamaku.
Setelah menutup tirai putih yang mengelilingi tempat tidurku, Suster Jeny menyiapkan dua buah baskom plastik berisi air hangat. Kemudian ada lagi gelas plastik berisi air hangat pula untuk gosok gigi & sebuah mangkok plastik kecil sebagai tempat pembuangannya. Pertama-tama kali, suster yang cantik itu memintaku gosok gigi terlebih dahulu.
“Oke, sekarang Mas buka kaosnya & berbaring deh”, kata Suster Jeny lagi sambil membantuku melepaskan kaos yang kupakai tanpa mengganggu selang infus yang dihubungkan ke pergelangan tanganku. Lalu saya berbaring di tempat tidur. Suster Jeny menggelar selembar handuk di atas pahaku.
Dengan semacam sarung tangan yang terbuat dari bahan handuk, Suster Jeny mulai menyabuni tubuhku dengan sabun yang kubawa dari rumah. Ah, terasa suatu perasaan aneh menjalari tubuhku saat tangannya yang lembut tengah menyabuni dadaku. Ketika tangan Suster Jeny mulai turun ke perutku, saya merasakan gerakan di selangkanganku.
Astaga! Ternyata batang kemaluanku menegang! saya sudah takut saja kalau-kalau Suster Jeny melihat hal ini. Uh, untung saja, tampaknya dia tak mengetahuinya. Rupanya saya mulai terangsang sebab sapuan tangan Suster Jeny yang masih menyabuni perutku.
Kemudian saya dimintanya berbalik badan, lalu Suster Jeny mulai menyabuni punggungku, membuat kemaluanku kian mengeras. Akhirnya, siksaan (atau kenikmatan) itu pun usai sudah. Suster Jeny mengeringkan tubuhku dengan handuk setelah sebelumnya membersihkan sabun yang menyelimuti tubuhku itu dengan air hangat.
“Nah, sekarang coba Mas buka celananya. Saya mau mandiin kaki Mas.”
“Tapi, Suster…” saya mencoba membantahnya.
“Celaka”, pikirku.
Kalau sampai celanaku dibuka terus Suster Jeny melihat tegangnya batang kemaluanku, mau ditaruh di mana wajahku ini.
“Nggak apa-apa kok, Mas. Jangan malu-malu. Saya sudah biasa mandiin pasien. Nggak laki-laki, nggak perempuan, semuanya.”
Akhirnya dengan ditutupi hanya selembar handuk di selangkanganku, saya melepaskan celana pendek & celana dalamku. Ini membuat batang kemaluanku tampak kian menonjol di balik handuk tersebut. Kacau, saya melihat perubahan di wajah Suster Jeny melihat tonjolan itu. Wajahku jadi memerah dibuatnya.
Suster Jeny kelihatannya sejenak tertegun menyaksikan ketegangan batang kemaluanku yang kian lama kian parah. saya menjadi bertambah salah tingkah, sampai Suster Jeny kembali akan menyabuni tubuhku bagian bawah.
Suster Jeny menelusupkan tangannya yang memakai sarung tangan berlumuran sabun ke balik handuk yang menutupi selangkanganku. Mula-mula ia menyabuni bagian bawah perutku & sekeliling kemaluanku.
Tiba-tiba tangannya dengan tak sengaja menyenggol batang kemaluanku yang langsung saja bertambah berdiri mengeras. Sekonyong-konyong tangan Suster Jeny memegang kemaluanku cukup kencang. Kulihat senyum penuh arti di wajahnya.
Saya mulai menggerinjal-gerinjal saat Suster Jeny mulai menggesek-gesekkan tangannya yang halus naik turun di sekujur batang kejantananku. Makin lama makin cepat. Sementara mataku membelalak seperti kerasukan setan.
Batang kemaluanku yang memang berukuran cukup panjang & cukup besar diameternya masih dipermainkan Suster Jeny dengan tangannya.
Akibat nafsu yang mulai menggerayangiku, tanganku menggapai-gapai ke arah dada Suster Jeny. Seperti mengetahui apa maksudku, Suster Jeny mendekatkan dadanya ke tanganku. Ouh, terasa nikmatnya tanganku meremas-remas toket Suster Jeny yang lembut & kenyal itu. Memang, toketnya berukuran kecil, kutaksir hanya 32.
Tetapi memang yang namanya toket wanita, bagaimanapun kecilnya, tetap membangkitkan nafsu birahi siapa saja yang menjamahnya. Sementara itu Suster Jeny dengan tubuh yang sedikit bergetar sebab remasan-remasan tanganku pada toketnya, masih asyik mengocok-ngocok kemaluanku. Sampai akhirnya saya merasakan sudah hampir mencapai klimaks.
Air maniku, kurasakan sudah hampir tersembur keluar dari dalam kemaluanku. Tetapi dengan sengaja, Suster Jeny menghentikan permainannya. saya menarik nafas, sedikit jengkel akibat klimaksku yang menjadi tertunda. Namun Suster Jeny malah tersenyum manis. Ini sedikit menghilangkan kedongkolanku itu.
Tahu-tahu, ditariknya handuk yang menutupi selangkanganku, membuat batang kemaluanku yang sudah tinggi menjulang itu terpampang dengan bebasnya tanpa ditutupi oleh selembar benang pun. Tak lama kemudian, batang kemaluanku mulai dilahap oleh Suster Jeny.
Mulutnya yang mungil itu seperti karet mampu mengulum hampir seluruh batang kemaluanku, membuatku seakan-akan terlempar ke langit ketujuh merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Dengan ganasnya, mulut Suster Jeny menyedoti kemaluanku, seakan-akan ingin menelan habis seluruh isi kemaluanku tersebut. Tubuhku terguncang-guncang dibuatnya. & suster nan rupawan itu masih menyedot & menghisap alat vitalku tersebut.
Belum puas di situ, Suster Jeny mulai menaik-turunkan kepalanya, membuat kemaluanku hampir keluar setengahnya dari dalam mulutnya, tetetapi kemudian masuk lagi. Begitu terus berulang-ulang & bertambah cepat.
Gesekan-gesekan yang terjadi antara permukaan kemaluanku dengan dinding mulut Suster Jeny membuatku hampir mencapai klimaks untuk kedua kalinya. Apalagi ditambah dengan permainan mulut Suster Jeny yang kian bertambah ganasnya.
Beberapa kali saya mendesah-desah. Namun sekali lagi, Suster Jeny berhenti lagi sambil tersenyum. saya hanya keheranan, menduga-duga, apa yang akan dilakukannya.
Aku terkejut ketika melihat Suster Jeny sepertinya akan berjalan menjauhi tempat tidurku. Tetapi seperti sedang menggoda, ia menoleh ke arahku. Ia menarik ujung rok perawatnya ke atas lalu melepaskan celana dalam krem yang dipakainya.
Melihat kedua gumpalan pantatnya yang tak begitu besar namun membulat mulut & kencang, membuatku menelan air liur. Kemudian ia membalikkan tubuhnya menghadapku. Di bawah perutnya yang kencang, tanpa lipatan-lipatan lemak sedikitpun, walaupun tubuhnya agak gempal, kulihat liang kemaluannya yang masih sempit dikelilingi bulu-bulu halus yang cukup lebat & tampak menyegarkan.
Tak kusangka-sangka, tiba-tiba Suster Jeny naik ke atas tempat tidur & berjongkok mengangkangi selangkanganku. Lalu tangannya kembali memegang batang kemaluanku & membimbingnya ke arah liang kemaluannya.
Setelah merasa pas, ia menurunkan pantatnya, sehingga batang kemaluanku amblas sampai pangkal ke dalam liang kemaluannya. Mula-mula sedikit tersendat-sendat sebab begitu sempitnya liang kenikmatan Suster Jeny. Tetapi seiring dengan cairan bening yang kian banyak membasahi dinding lubang kemaluan tersebut, batang kemaluanku menjadi mudah masuk semua ke dalamnya.
Tanganku mulai membuka kancing baju Suster Jeny. Setelah kutanggalkan bra yang dikenakannya, menyembullah keluar toketnya yang kecil tetapi membulat itu dengan puting susunya yang cukup tinggi & mengeras.
Dengan senangnya, saya meremas-remas toketnya yang kenyal. Puting susunya pun tak ketinggalan kujamah. Suster Jeny menggerinjal-gerinjal sebentar-sebentar ketika ibu jari & jari telunjukku memuntir-muntir serta mencubit-cubit puting susunya yang begitu menggiurkan.
Dibarengi dengan gerakan memutar, Suster Jeny menaik-turunkan pantatnya yang ramping itu di atas selangkanganku. Batang kemaluanku masuk keluar dengan nikmatnya di dalam lubang kemaluannya yang berdenyut-denyut & bertambah basah itu.
Batang kemaluanku dijepit oleh dinding kemaluan Suster Jeny yang terus membiarkan batang kemaluanku dengan tempo yang kian cepat menghujam ke dalamnya. Bertambah cepat bertambah nikmatnya gesekan-gesekan yang terjadi. Akhirnya untuk ketiga kalinya saya sudah menuju klimaks sebentar lagi. saya sedikit khawatir kalau-kalau klimaksku itu tertunda lagi.
Akan tetetapi kali ini, kelihatannya Suster Jeny tak mau membuatku kecewa. Begitu merasakan kemaluanku mulai berdenyut-denyut kencang, secepat kilat ia melepaskan batang kemaluanku dari dalam lubang kemaluannya & pindah ke dalam mulutnya.
Klimaksku bertambah cepat datangnya sebab kuluman-kuluman mulut sang suster cantik yang begitu buasnya. Dan… “Crot… crot… crot…” beberapa kali air maniku muncrat di dalam mulut Suster Jeny & sebagian melelehi buah zakarku. Seperti orang kehausan, Suster Jeny menelan hampir semua cairan kenikmatanku, lalu menjilati sisanya yang belepotan di sekitar kemaluanku sampai bersih.
Tiba-tiba tirai tersibak. saya & Suster Jeny menoleh kaget. Suster Novia yang tadi memandikan teman sekamarku masuk ke dalam. Ia sejenak melongo melihat apa yang kami lakukan berdua. Namun sebentar kemudian tampaknya ia menjadi maklum atas apa yang terjadi & malah menghampiri tempat tidurku.
Dengan raut wajah memohon, ia memandangi Suster Jeny. Suster Jeny paham apa niat Suster Novia. Ia langsung meloncat turun dari atas tempat tidur & menutup tirai kembali.
Suster Novia yang berwajah manis, meskipun tak secantik Suster Jeny, sekarang gantian menjilati seluruh permukaan batang kemaluanku. Kemudian, batang kemaluanku yang sudah mulai tegang kembali disergap mulutnya. Untuk kedua kalinya, batang kemaluanku yang kelihatan menantang setiap wanita yang melihatnya, menjadi korban lumatan.
Kali ini mulut Suster Novia yang tak kalah ganasnya dengan Suster Jeny, mulai menyedot-nyedot kemaluanku. Sementara jari telunjuknya disodokkan satu ruas ke dalam lubang anusku. Sedikit sakit memang, tetapi aduhai nikmatnya.
Merasa puas dengan lahapannya pada kemaluanku. Suster Novia kembali berdiri. Tangannya membukai satu-persatu kancing baju perawat yang dikenakannya, sehingga ia tinggal memakai bra & celana dalamnya. saya tak menyangka, Suster Novia yang bertubuh ramping itu memiliki toket yang jauh lebih besar daripada milik Suster Jeny, sekitar 36 ukurannya.
Toket yang sedemikian montoknya itu seakan-akan mau melompat keluar dari dalam bra-nya yang bermodel konvensional itu. Sekalipun bukan termasuk toket terbesar yang pernah kulihat, tetapi toket Suster Novia itu menurutku termasuk toket yang paling indah. Menyadari saya yang terus melotot memandangi toketnya, Suster Novia membuka tali pengikat bra-nya.
Benar, toketnya yang besar menjuntai montok di dadanya yang putih & mulus. Rasa-rasanya ingin saya menikmati toket itu.
Tetetapi tampaknya keinginan itu tak terkabul. Setelah melepas celana dalamnya, seperti yang telah dilakukan oleh Suster Jeny, Suster Novia, dengan telanjang bulat naik ke atas tempat tidurku lalu mengarahkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya yang sedikit lebih lebar dari Suster Jeny namun memiliki bulu-bulu yang tak begitu lebat.
Akhirnya untuk kedua kalinya batang kemaluanku tenggelam ke dalam kemaluan wanita. Memang, batang kemaluanku lebih leluasa memasuki liang kemaluan Suster Novia daripada kemaluan Suster Jeny tadi. Seperti Suster Jeny, Suster Novia juga mulai menaik-turunkan pantatnya & membuat kemaluanku sempat mencelat keluar dari dalam liang kemaluannya namun langsung dimasukkannya lagi.
Tak tahan menganggur, mulut Suster Jeny mulai merambah toket rekan kerjanya. Lidahnya yang menjulur-julur bagai lidah ular menjilati kedua puting susu Suster Novia yang walaupun tinggi mengeras tetapi tak setinggi puting susunya sendiri.
Aku melihat, Suster Novia memejamkan matanya, menikmati senggama yang serasa membawanya terbang ke awang-awang.
Ia sedang meresapi kenikmatan yang datang dari dua arah. Dari bawah, dari kemaluannya yang terus-menerus masih dihujam batang kemaluanku, & dari bagian atas, dari toketnya yang juga masih asyik dilumat mulut temannya.
Tiba-tiba tirai tersibak lagi. Namun ketiga makhluk hidup yang sedang terbawa nafsu birahi yang amat membulak-bulak tak mengindahkannya. Ternyata yang masuk adalah teman sekamarku dengan keadaan bugil. Sebab ia merasa terangsang juga, ia sepertinya melupakan gejala tifus yang dideritanya. Setelah menutup tirai, ia menghampiri Suster Jeny dari belakang.
Suster Jeny sedikit terhenyak ke depan sewaktu kemaluannya yang dari tadi terbuka lebar ditusuk batang kejantanan teman sekamarku dari belakang, & ia melepaskan mulutnya dari toket Suster Novia. Kemudian dengan entengnya, sambil terus menyetubuhi Suster Jeny, teman sekamarku itu mengangkat tubuh suster bahenol itu ke luar tirai & pergi ke tempat tidurnya sendiri.
Sejak saat itu saya tak mengetahui lagi apa yang terjadi antara dia dengan Suster Jeny. Yang kudengar hanyalah desahan-desahan & suara nafas yang terengah-engah dari dua insan berlainan jenis dari balik tirai, di sampingku sendiri masih tenggelam dalam kenikmatan permainan seks-ku dengan Suster Novia.
Batang kemaluanku masih menjelajahi dengan bebasnya di dalam lubang kemaluan Suster Novia yang kian cepat memutar-mutar & menggerak-gerakan pantatnya ke atas & ke bawah. Tak lama kemudian, kami berdua mengejang.
“Suster… Saya mau keluar…” kataku terengah-engah.
“Ah… Keluarin di dalam… saja… Mas…” jawab Suster Novia.
Akhirnya dengan gerinjalan keras, air maniku berpadu dengan cairan kenikmatan Suster Novia di dalam lubang kemaluannya. Saking lelahnya, Suster Novia jatuh terduduk di atas selangkanganku dengan batang kemaluanku masih menancap di dalam lubang kemaluannya. Kami sama-sama tertawa puas.
Sementara dari balik tirai masih terdengar suara kenikmatan sepasang makhluk yang tengah asyik-asyiknya memadu kasih tanpa mempedulikan sekelilingnya.
Tepat seminggu kemudian, saya sudah dinyatakan sembuh dari DBD yang kuderita & diperbolehkan pulang. Ini membuatku menyesal, merasa akan kehilangan dua orang suster yang telah memberikan kenikmatan tiada tandingannya kepadaku beberapa kali.
Hari ini saya sedang sendirian di rumah & sedang asyik membaca majalah Gatra yang baru saya beli di tukang majalah dekat rumah.
“Ting tong…” Bel pintu rumahku dipencet orang.
Aku membuka pintu. Astaga! Ternyata yang ada di balik pintu adalah dua orang gadis rupawan yang selama ini saya idam-idamkan, Suster Jeny & Suster Novia. Kedua makhluk cantik ini sama-sama mengenakan kaos oblong, membuat lekuk-lekuk tubuh mereka berdua yang memang indah menjadi bertambah molek lagi dengan toket mereka yang meskipun beda ukurannya, namun sama-sama membulat & kencang.
Sementara Suster Jeny dengan celana jeansnya yang ketat, membuat pantatnya yang montok kian menggairahkan, di samping Suster Novia yang mengenakan rok mini beberapa sentimeter di atas lutut sehingga memamerkan pahanya yang putih & mulus tanpa noda.
Tanpa buang buang waktu saya memepersilahkan masuk k edalam rumah, sangat rindu saya akan tubuh ke dua suster tersebut, sebisa mungkin saya buat santai dan saya ajak untuk masuk ke dalam kamarku, dan kami bertiga pun sudah berada di dalam kamar tanpa menunggu apa apa ke dua suster tersebut juga sudah paham akan kedatangan dia ke mari , tentunya para pembaca dewasa sudah tau apa yang terjadi pada saya dan kedua suster tersebut.
Bagai Mana Dengan Ceritanya?
Bagus Bukan!
Jangan Malas Untuk Membagikan Cerita Ini Dan Baca Juga Cerita Nafsu Birahi Terbaru Lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar