src="https://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.8.3/jquery.min.js" type="text/javascript">

Sabtu, 20 Januari 2018

Cerita Sex Ngentot Tetangga Di Dalam Taksi

Aku adalah seorang remaja yg masih berumur sekitar 19 tahun dan telah lulus dari sebuah SMUN di Malang dan tinggal di sebuah desa kecil di sebelah selatan kota Malang, sebuah desa yg tdk terlalu ramai karena letaknya yg sangat jauh dari pusat kota.

Gambar terkait

Mengenai postur tubuh Bu Mina hingga aku mau untuk bersetubuh dan berselingkuh dengannya tampaknya bukan hal yg terlalu menarik untuk dipaparkan karena postur tubuh Bu Mina bukanlah bagaikan seorang artis yg cantik, gemulai, dan menggairahkan seperti layaknya model iklan atau pemain sinetron kelas atas, tetapi ia hanyalah seorang perempuan kampung istri seorang tukang kebun dan seorang ibu rumah tangga yg selalu direpotkan oleh urusan-urusan keluarga hingga tdk sempat untuk melakukan kegiatan BL (body language), renang, dan berolah raga seperti kebanyakan orang kaya. Tentulah dapat dibayangkan bagaimana tubuh Bu Mina.

Bu Mina sendiri adalah seorang tetanggaku yg bertempat tinggal tepat di belakang rumahku. Wanita ini berusia sekitar 40 tahun dan sudah mempunyai suami serta 3 orang anak, yg satu masih duduk di bangku kelas 6 SD sementara yg lainnya sudah menginjak bangku SMP. Suami Bu Mina bekerja sebagai tukang kebun di sebuah sekolah negeri di kota.
Bentuk badan ibu rumah tangga ini adalah biasa saja atau bahkan oleh sebagian besar pemuda body Bu Mina dapat dipandang sangat tdk menarik. Tinggi badan perempuan beranak tiga itu sekitar 154 cm dan berat badan 50 kg. Anda dapat membayangkan sendiri bagaimana bentuk tubuhnya dengan ukuran seperti itu.
Mengenai nafsu dan gairahku terhadap Bu Mina bukan terbentuk dalam waktu yg singkat, tetapi nafsu dan gairah itu dapat dibilang mulai terbentuk semenjak aku masih berumur sekitar 14 tahun dan masih menginjak bangku SMP.
Waktu itu aku sering kali bermain-main dan mandi di sungai yg berada di dekat kampungku, dan di saat-saat aku bermain dan mandi di sungai itulah acapkali aku melihat Bu Mina bertelanjang diri mencuci dan mandi di sungai tersebut. Dan tdk jarang pula sembari mengintip ia mandi aku melakukan masturbasi karena tdk tahan melihatnya bugil tanpa sehelai kain pun yg menempel di tubuhnya.
Setelah menginjak bangku SMU aku pun tdk pernah lagi pergi ke sungai itu baik untuk sekedar bermain atau pun mandi. Lagi pula aku harus bersekolah di SMU yg berada di pusat kota yg letaknya sangat jauh dari perkampunganku hingga aku terpaksa harus indekost selama kurang lebih tiga tahun masa studiku di SMU dan aku jarang sekali pulang ke rumahku di kampung.
Baru sekitar pertengahan tahun 2004 silam aku lulus dari bangku SMU dan kembali ke rumahku di kampung. Dan setelah lulus dari SMU aku pun masih harus menganggur karena tahun ini aku tdk sukses dalam ujian masuk PTN (SPMB). Terpaksa aku harus mencoba lagi di tahun mendatang untuk dapat diterima di PTN.
Selama menganggur aku seringkali luntang lantung sendiri karena tdk punya pekerjaan dan apalagi teman-temanku semasa kecil dulu ternyata kebanyakan sudah menempuh studi di perguruan tinggi di kota dan sebagian lagi sudah bekerja dan jarang sekali pulang, sehingga kondisi perkampunganku acapkali terlihat sepi akan para pemuda. Yg banyak terlihat pastilah hanyalah bapak-bapak atau ibu-ibu dan beberapa anak yg masih kecil.

Di hari-hari itulah aku kembali sering pergi ke sungai dimana aku selalu bermain dan mandi sewaktu aku masih kecil dulu. Suatu ketika pada saat aku sedang pergi memancing di sungai, tanpa sengaja mataku menatap beberapa perempuan yg sedang mandi dan mencuci di sungai itu dan di antaranya ternyata adalah Bu Mina. Ketika itu body Bu Mina tampak sudah sangat berbeda dengan yg pernah aku lihat dahulu saat aku masih kecil. Sekarang tubuhnya tampak lebih gemuk dan pantatnya pun tampak lebih besar dan perutnya tampak agak sedikit membuncit karena kegemukan.

Pada awal aku melihat body tubuh perempuan berumur 41 tahun itu sedang mencuci, aku tdk tertarik sama sekali karena ia terlihat tdk seksi dan tdk menggairahkan bagiku hingga aku meneruskan niatku untuk memancing ikan pada hari itu. Setelah beberapa saat berlalu, tanpa sengaja mataku tertuju lagi pada Bu Mina yg mulai melepaskan pakaian yg dikenakannya. K0ntolku begitu kerasnya menegang saat melihat ia melepas celana dalam hitamnya.

Ia tampak kesulitan melepaskan celana dalam yg ketat itu karena saking besarnya ukuran pantatnya. Sesaat kemudian ia mulai membasahi tubuhnya dengan air. Gairah seksku serasa tdk tertahankan lagi waktu melihat Bu Mina yg telah bertelanjang bulat dan telah basah oleh air itu mulai menggosokkan sabun ke tubuhnya. Perempuan yg sudah bersuami itu menggosok-gosok tubuhnya dan beberapa kali meremas payudara dan menggosok pantatnya dengan sabun. Ingin sekali aku turun mendekati dan mengajaknya untuk bersetubuh di waktu dan tempat itu. Tetapi masih ada beberapa perempuan lain di sana.

Aku masih memikirkan resiko yg sangat besar yg dapat aku terima jika saja ia tdk mau melakukan hubungan badan denganku, atau suaminya mengetahui tindakan kami, dan bagaimana tindakan orang kampung jika sampai mengetahui perzinahan kami sehingga aku pun memutuskan menahan gairah yg sangat kuat itu. Kemudian aku bergegas pulang dan tdk meneruskan niatku memancing pada hari itu.

Saat tiba di rumah, pikiranku masih saja terganggu oleh bayangan Bu Mina. Tubuhnya.., celana dalam hitamnya.., pantatnya.., payudaranya.. Pikiran itu terus saja menggangguku. Setelah berpikir beberapa saat akhirnya aku memiliki ide untuk dapat bersetubuh dengan tetanggaku itu dan akhirnya aku memutuskan untuk mulai menggaet Bu Mina agar mau melakukan hubungan suami istri denganku.

Mulai saat itulah aku acapkali bermain-main ke rumah Bu Mina saat suami dan anak-anaknya tdk berada di rumah. Dan tdk jarang pula aku bercanda dan menggodanya. Dan hubungan yg menarik pun tampaknya mulai terbentuk di antara aku dan ibu berumur 41 tahun itu. Tampak sekali bahwa ia juga menaruh gairah terhadapku.

Suatu ketika pada saat Bu Mina sedang menyetrika pakaian di ruang tamunya, dengan memberanikan diri aku berusaha mengungkapkan maksud, gairah, dan keinginanku kepada tetanggaku itu. Dan ternyata keinginan, nafsu, dan gairahku tdk bertepuk sebelah tangan. Ternyata perempuan itu juga memiliki rasa ketertarikan yg sama terhadapku.

Setelah tampak jelas bahwa di antara kami berdua memang saling menaruh ketertarikan, akhirnya aku menjelaskan kepadanya bahwa kami tdk mungkin melakukan hubungan suami istri dan perzinahan itu di rumahnya ataupun di rumahku. Aku pun memaparkan padanya bahwa kami hanya bisa melakukannya di tempat lain misalnya saja di hotel murahan di kota. 

Hal itu dimaksudkan agar suami dan anak-anaknya atau pun tetangga tdk mengetahui perbuatan kami. Setelah ia setuju akhirnya kami pun memutuskan waktu dan tempat yg pas untuk melaksanakan niat tersebut.

Suatu sore tepat pada waktu yg kami sepakati aku pergi ke kota untuk menyewa sebuah taksi yg akan mengantarkan kami ke hotel yg kami maksud. Selama beberapa saat bernegosiasi dengan sopir taksi, akhirnya tercipta kesepakatan dan sopir pun mau mengantar kami. Setelah aku masuk ke dalam mobil, sopir mulai menjalankan mobilnya menuju tempat dimana Bu Mina sedang menunggu, yaitu di sebuah taman di pinggiran kota.

Sekitar maghrib akhirnya kami tiba di sebuah taman di pinggiran kota tempat Bu Mina sedang menunggu. Kemudian aku meminta sopir agar memperlambat laju mobilnya. Setelah beberapa saat terlihat seorang perempuan berpakaian rok terusan sedang berdiri di seberang jalan dan tampak melihat ke arah mobil kami. Dan aku meminta sopir untuk menghentikan laju mobilnya. Setelah itu aku keluar dan menghampiri Bu Mina, menggandeng tangan dan mempersilakannya masuk ke dalam taksi.

Setelah kami berdua masuk ke dalam mobil aku meminta sopir untuk menjalankan mobilnya ke arah hotel yg kami maksudkan. Dan dengan perlahan-lahan mobil melaju ke arah kota tempat hotel yg kami maksudkan berada.

Beberapa saat di dalam mobil, aku dan Bu Mina tampak kaku karena di antara kami sendiri belum pernah bercinta sama sekali dan hubungan spesial kami masih baru saja dimulai. Kemudian aku memulai perbincangan dan dengan diselingi oleh canda dan guyonanku, akhirnya kami berdua dapat saling berinteraksi dengan baik bahkan lama-lama pembicaraan kami pun berlanjut ke arah yg jorok-jorok dan tampaknya Bu Mina tdk berkeberatan dengan hal itu dan ia tampak begitu bergairah.
Beberapa menit berlalu aku mulai menciumnya. 

Pertama kali ia tampak terkejut melihatku berani menciumnya. Sedetik kemudian aku mulai mendekatkan wajahku ke arah wajahnya dan mulai mencium dan mencumbu leher perempuan 41 tahun itu. Pada awalnya ia menahan tubuhku dengan kedua tangannya seolah ia tdk ingin aku melakukan hal itu. Tetapi aku terus saja berusaha mendekatkan wajahku ke arah lehernya untuk mencumbunya.

Baru setelah beberapa lama akhirnya Bu Mina tampak pasrah dan membiarkanku mencium dan mencumbu lehernya. Nafasnya mulai tampak ngos-ngosan karena gairah seks yg dirasakannya. Dan sesekali ia mengeluarkan suara-suara desahan yg sangat merangsang dan membuat jantungku semakin berdegub kencang.

Kemudian aku mulai melepas kaos yg aku kenakan. Dan dengan masih bercelana panjang aku kembali mencumbu perempuan beranak tiga itu. Selama bibirku sibuk mencumbu bibir dan leher tetanggaku itu, tangan kananku sibuk memegang pinggang, pantat, dan sesekali meremas payudara Bu Mina yg masih mengenakan pakaian lengkap itu. Beberapa menit kemudian tangan kananku mulai meraba-raba punggungnya dan mencari-cari letak resleting rok terusan yg dikenakan Bu Mina. Setelah menemukannya, dengan tanpa henti aku terus mencium dan mencumbu perempuan itu sambil aku berusaha menurunkan resletingnya dan kemudian berusaha menyibak sedikit demi sedikit pembungkus tubuh perempuan 41 tahun itu.

Dan akhirnya terlihatlah buah dada besar Bu Mina yg masih terbungkus BH berwarna hitam. Dengan menciumi dan sesekali menggigit-gigit lehernya, tangan kananku meraih tali BH-nya dan mulai menurunkannya ke bawah. Sementara itu tangan kiriku meraih tali BH yg satu lagi dan mulai menurunkannya ke bawah. Di sela-sela cumbuan dan ciuman kami, tangan kananku menyusup masuk ke dalam BH Bu Mina. Dan setelah mendapati payudara besarnya, tangan kananku tak henti-hentinya meremas-remas buah dada montoknya.

Belum puas aku melakukan hal itu, aku berpaling ke arah sopir yg tampak sedang sibuk mengendarai mobilnya dan mengatakan kepadanya untuk mengurungkan pergi ke hotel yg kami maksudkan dan minta agar ia menjalankan mobilnya untuk berkeliling kota saja dan memintanya untuk memperlambat laju mobil serta menjelaskan kepadanya bahwa aku akan menambah biaya taksinya. Setelah ia setuju, aku kembali berpaling ke arah Bu Mina dan ia tersenyum ke arahku. Kemudian aku kembali mencumbu perempuan tetanggaku itu.

Beberapa saat kemudian aku mulai melepas celana panjang dan celana dalam yg aku kenakan dan meminta Bu Mina untuk melepas seluruh pakaian yg dikenakannya. Dan sedetik kemudian kami berdua telah sama-sama telanjang bulat tanpa sehelai kain pun yg melekat di tubuh kami. Keringat yg membasahi seluruh tubuh Bu Mina semakin menambah gairah seksku karena tubuh montoknya tampak semakin mengkilat dan menggairahkan. 

Kemudian aku meminta perempuan bersuami itu untuk mengangkang di atasku dan menghadap ke arahku, sementara itu aku dengan k0ntol yg masih terus menegang dan yg tak hentinya mengeluarkan lelehan cairan bening (air madzi) duduk bersandar di tengah jok belakang. Kemudian aku meminta perempuan dengan tiga anak itu untuk menduduki aku dan membenamkan k0ntolku ke dalam lubang anusnya.

Kenikmatan yg sangat luar biasa aku rasakan saat perlahan-lahan k0ntolku mulai terbenam di dalam lubang anus Bu Mina. Betapa nikmatnya seks itu, betapa nikmatnya tubuh perempuan yg sudah berumur 41 tahun ini, perempuan yg sudah bersuami, memiliki tiga anak, dan masih tetanggaku ini. Sungguh nikmatnya peristiwa saat itu. Dalam benakku terbayang seandainya saja kenikmatan perzinahan ini tdk pernah berakhir, andaikan saja kami berdua bisa terus bersetubuh tanpa mencapai titik puncak kepuasan. Detik-detik perselingkuhan itu kami rasakan bagaikan di surga, nikmat dan menyenangkan.

Bu Mina yg telah mengangkang di atasku dan telah membenamkan k0ntolku ke dalam lubang anusnya terus saja menggerakkan pantatnya ke atas dan ke bawah, terus mengocok k0ntolku yg terjepit nikmat di dalam lubang anusnya. Di antara kenikmatan luar biasa yg terus aku rasakan, tanganku tdk henti-hentinya meremas-remas pantat Bu Mina, mengusap-usap pinggangnya, dan sesekali meremas-remas buah dada montoknya. Tdk jarang dengan gerakan pantat Bu Mina ke atas dan ke bawah itu membuat sesekali k0ntolku yg tegang dan basah itu terlepas keluar dari lubang anusnya hingga aku sesekali harus memperbaiki posisi k0ntolku agar masuk kembali ke dalam lubang anus perempuan montok tetanggaku itu.

Beberapa menit berlalu, aku meminta Bu Mina untuk mengalihkan gerakan pantatnya. Sesaat kemudian ia mulai memutar-mutarkan pantatnya terkadang searah jarum jam dan kadang pantatnya juga memutar berlawanan jarum jam. Di antara goyangan-goyangan pantat Bu Mina yg nikmat itu, dari mulutku sesekali keluar desahan dan rintihan. 

Suara-suara itu adalah refleksi dari kenikmatan luar biasa yg aku rasakan selama dalam melakukan perzinahan dan perselingkuhan dengan Bu Mina, perzinahan dan perselingkuhan yg nikmat dengan seorang perempuan yg sudah bersuamikan tukang kebun dan sudah memiliki tiga anak, yg bertubuh montok, berpantat dan berbuah dada besar.

Selama beberapa menit berlalu, goyangan-goyangan berputar pantat Bu Mina yg nikmat hampir membuat aku mencapai titik klimaks. Buru-buru aku meminta Bu Mina untuk mengangkat pantatnya agar k0ntolku terlepas dari jepitan lubang anusnya. Aku tdk ingin secepat itu mencapai puncak kepuasan dan secepat itu menyudahi hubungan suami istriku dengan Bu Mina. Kemudian aku berdiam diri sejenak dan mengatur nafasku yg ngos-ngosan. Sementara itu Bu Mina tampak sibuk membenahi rambutnya yg awut-awutan dan sesekali menyeka keringat yg tampak membasahi seluruh tubuhnya.

Setelah nafasku mulai teratur dan aku tdk lagi merasakan akan memuncratkan sperma dan mencapai titik klimaks, maka aku pun kembali menatap Bu Mina yg tampak tersenyum ke arahku. Kemudian aku memintanya bersandar di jok taksi bagian belakang dan memintanya untuk agak mengangkangkan kakinya agar memeknya dapat jelas terlihat. Dengan duduk bersandar dan agak merosot ke bawah, Bu Mina mulai membuka agak lebar kedua kakinya hingga terlihatlah rambut-rambut merah kehitaman yg tumbuh lebat di sekitar selangkangannya dan sebagian besar lagi menutupi lubang memeknya.

Dengan perlahan aku menunduk dan mendekatkan wajahku ke arah lubang memek Bu Mina. Dengan perlahan-lahan aku menyibak rambut rambut merah kehitaman itu dan berusaha mencari letak lubang memek Bu Mina. Setelah tampak olehku lubang memeknya, aku mulai menjilatinya dan sesekali memasukkan telunjukku ke dalamnya. Dan tampaknya perempuan 41 tahun itu mulai merasakan kenikmatan.

Waktu terus berlalu dan aku tdk henti-hentinya menjilati dan terkadang memasukkan dua hingga empat jariku ke dalam memek Bu Mina. Di antara desahan dan deru nafasnya yg memburu, sembari dengan mata terpejam perempuan 41 tahun itu tak jarang meremas-remas kedua payudaranya sendiri dan sesekali memelintir dan menarik puting susunya dengan kedua tangannya.

Melihat tubuhnya yg montok dan tingkah lakunya yg seperti itu, gairah seksku seperti tdk dapat ditahan lagi. Perlahan-lahan aku berdiri dan mulai mendekap tubuh Bu Mina dan menidurkannya di jok bagian belakang. Setelah itu ia mulai membuka matanya dan dengan tampak sangat pasrah ia hanya mendesah-ndesah saat aku mulai menindihnya dan dengan perlahan-lahan mulai memasukkan k0ntolku yg tegang ke dalam lubang memeknya. Tak henti-hentinya aku menjejal-jejalkan k0ntolku ke dalam lubang memek Bu Mina yg hangat, lembek, lembut dan basah itu.

Beberapa menit kemudian saat aku terus mengocok k0ntolku di dalam jepitan hangat memek Bu Mina, tiba-tiba aku merasakan akan menyemburkan sperma sebagai sebuah tanda bahwa aku akan mencapai titik puncak kepuasan. Dan sekali lagi aku tdk ingin secepat itu mencapai titik klimaks. Aku masih ingin berlama-lama bercumbu dan bersetubuh dengan tetanggaku ini. Dan dengan perlahan-lahan aku menarik k0ntolku keluar dari kehangatan memek Bu Mina agar aku tdk memuncratkan sperma secepat itu.

Tetapi terlambat, sesaat setelah k0ntolku tercabut keluar dari lembutnya memek Bu Mina, aku tdk tahan lagi menahan spermaku yg memaksa keluar dari dalam k0ntolku sehingga cairan putih kental pun muncrat dan berceceran di perut dan sebagian lagi ke buah dada Bu Mina. Bu Mina kemudian mulai mengusap dan meratakan cairan kental itu ke perut dan buah dadanya yg montok dan sesekali ia meremas-remas payudaranya dengan kedua tangannya.

Sementara itu aku masih berlutut di atas tubuh Bu Mina yg sedang tidur telentang dan dengan tangan kanan aku terus mengocok perlahan k0ntolku untuk mengeluarkan sisa-sisa sperma yg masih tertinggal dan merasakan kenikmatan detik-detik akhir puncak kepuasanku.
Hasil gambar untuk ngentot gif

Tidak ada komentar: