Aku melewati beberapa tukang becak yang masih mangkal, lalu masuk ke gang di sekitar belakang pertokoan dan saat aku lewat aku melihat sesosok orang sedang kencing. Tapi dia kencing pas di bawah lampu jalan, jadi aku bisa melihat dengan jelas kontolnya yang memuncratkan air kencing. Aku sedikit terpana dan memperlambat jalanku untuk mendapatkan pemandangan itu lebih lama.
Gesekan hak sepatu kerjaku di pavling blok menimbulkan bunyi yang membuatnya menengok. Dia menatapku dan aku masih menatap kontolnya tadi. Aku rasa dia sadar sekali aku memperhatikan kontolnya dan dia berbalik arah lalu menghadap ke arahku. Sekarang pemandangan itu ada di hadapanku.
Kontolnya sudah tak lagi menyemburkan air kencing tapi dia membiarkannya tebuka ke arahku. Tak ada ekspresi apapun dari wajahku, aku antara takut dan suka dan juga cemas.
Bukannya memasukkan kembali kontolnya, pria tegap yang aku taksir berumur 35-an itu malahan menggenggam batang kontolnya dan mengocoknya perlahan. Aku menarik nafas dan tetap berjalan. Jalanan sepi hanya ada aku dan dia. Saat aku tepat berada disampingnya, dia kembali menghadap ke arahku dan tetap mengocok kontolnya yang sekarang mulai mengeras. Aku beranikan diriku untuk berhenti dan menatapnya. "Mau ngocokin kontol gua nggak?" kata orang itu padaku. Aku tak menjawab apapun, karena aku masih antara bingung dan takut. "Nggak usah takut, kalo lo mau gua ada tempat. Tuh di warung itu," ujarnya menjawab keraguan di wajahku sambil menunjukkan lapak tempat biasa tukang ketoprak berjualan kalau pagi.
Aku mengangguk dan dia berjalan ke arah lapak itu. Kontolnya masih bergelayutan di luar celana dan bergoyang kiri-kanan mengikuti gerak badannya. Secara fisik pria itu sangat mengesankan. Tingginya sekitar 170cm dengan badan kekar dan tangan yang besar. Rambutnya agak keriting dan dipotong pendek. Tanpa ragu dia kemudian naik ke atas meja tempat biasa untuk jualan dan tidur terlentang. Kontolnya sudah ngaceng sempurna sekarang.
Dia menatapku sambil tersenyum dan berkata, "Gua pasrah kontol gua mo lo apain aja, yang penting enak." Aku tersenyum antara kaku dan kikuk, tapi kontol itu sungguh-sungguh menggoda. Apalagi saat dia menurunkan celana jeans selututnya yang lusuh hingga lepas, hatiku bener-bener tergoda. Kontolnya sekitar 16cm tapi gemuk, dan jembutnya yang keriting memenuhi area sekitar pangkal kontolnya yang ngaceng. Batang kontolnya sendiri agak melengkung dihiasi dengan urat-urat yang menonjol.
Aku tak bisa lagi menahan diri. Segera kuletakkan tas kerjaku di kursi kayu dan langsung kugenggam batang kontol itu lalu kukocok-kocok dengan cepat. Dia melenguh keenakan sambil matanya terpejam, entah apa yang dia bayangkan. Aku dekatkan hidungku ke batang kontolnya, Sssshhh aroma khas selangkangan tercium olehku. Aku tak perduli lagi apa yang terjadi, aku naik ke atas meja dan membalikkan batang kontolnya hingga kepala kontolnya menyentuh kulit sekitar bawah perut. Lalu aku kangkangkan pahanya agak lebar agar aku dapat akses yang lebih enak lagi.
Biji pelernya yang besar dan menempel di meja kayu itu sangat menarik perhatianku. Aku pegang salah satunya dan aku angkat, lalu kujulurkan lidahku untuk mulai menjilatinya. Dia melenguh semakin kuat. "Mas, jangan kuat-kuat suaranya nanti ada yang tau." kataku mengingatkannya. "Tenang aja, ini tempat gue biasa ngentot ama tuh tukang-tukang becak di depan." Aku kaget bagai disambar petir. "Mas biasa ngentot disini? sama tukang-tukang becak yang di depan?" aku memastikan apa yang dia katakan. "Iya. Tapi sama mereka, gua langsung maen entot aja. Mana pernah gua dijilatin kayak gini." Aku tersenyum dan melanjutkan libasan lidahku disekujur biji peler orang itu.
Dia semakin kuat melenguh. Aku kini bergerilya hingga akhirnya aku mencapai pangkal kontolnya bagian bawah. Aku mainkan ujung lidahku menjilati bagian antara pangkal kontol bawah dengan biji pelernya dan tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang asin. Rupanya precum dia sudah keluar. Aku sangat suka precum sehingga lidahku kini bermain di lobang kencingnya dan menjilati precumnya yang terus mengalir keluar. Dia sangat suka lobang kencingnya dikilik-kilik seperti ini dan berkali-kali dia menghembuskan nafas yang berat dan memburu.
Apalagi saat seperti aku memasukkan kepala kontolnya yang besar ke dalam mulutku. Dia menggeram. Aku menghisap kuat-kuat kepala kontolnya sehingga dia menggelinjang tidak keruan. Aku pikir dia bakal memuncratkan pejuhnya, tapi dia bener-bener tahan banting.
Tiba-tiba aku mendengar suara orang, "Bono, dimana lo..!!" Aku panik dan melepaskan isapanku pada kontolnya yang tadi sudah kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku. "Sini Oi..." teriak orang yang kontolnya barusan aku isep. "Tenang aja, dia Karman temen gua. Kontolnya gede, lo pasti suka." Tak berapa lama ada orang yang membuka lapak plastik tempat kami berada. "Wisss... lo ngentot nggak bilang-bilang, siapa nih?" ujarnya menatapku yang sekarang hanya tinggal memakai celana dalam saja. "Tenang aja, kalo lo mo ikut buruan, gua lagi enak nih." ujar orang bernama Bono yang tadi kontolnya aku hisap.
Tak perlu berkata dua kali dia langsung melucuti pakaiannya sampai bugil. Dan benar apa yang Bono katakan, kontolnya memang sangat besar. "Tuh apa gua bilang. Gua paling suka kalo ngentot sama dia,
...gede sih." Aku tersenyum dan melanjutkan isapanku sambil berharap orang yang bernama Karman ini akan mengentotku. Karman berdiri di samping kami dan memperhatikan isapanku sambil mengocok kontolnya. Aku melirik dan kemudian menggapai batang kontolnya dengan tangan kiriku. Aku kocok-kocok pelan sementara aku ngulum kontol si Bono.
Kontol Karman mengembang nggak tanggung-tanggung. Besar banget, persis seperti pisang ambon malahan kontol Karman lebih besar lagi. "Mas, nanti entot aku yah. Pasti enak dientot kontol segede ini." kataku sambil menggoyang-goyangkan batang kontolnya. "Aku entot sekarang aja yah?" katanya. Tanpa menunggu persetujuanku dia berjalan ke belakangku. Aku sudah siap dan langsung menungging dengan membuka pahaku. Karman melepaskan celana dalamku dan meludah lalu dioleskan ke lobangku.
Lobangku berdenyut-denyut tak sabar menanti kontol Karman. Aku meletakkan kepalaku di paha Bono yang berbulu dengan hidungku menyentuh samping batang kontol Bono menunggu kontol Karman. Bono juga melihat Karman sedang bersiap-siap. Aku merasakan ujung kepala kontol Karman menempel di bibir lobang aku dan tak lama aku merasakan kepala kontolnya menekan lobang anusku. Besar sekali, lobangku terasa terbelah. Rasanya benar-benar luar biasa, aku sangat menikmati setiap gesekan saat kepala kontol Karman berusaha masuk.
Plop ... kepala kontol itu berhasil masuk. Tanpa menunggu lagi dia langsung menghujamkan seluruh batang kontolnya sampai amblas. Aku merasa begitu penuh dan begitu enak sehingga aku benar-benar bergairah. Kontol Bono langsung aku caplok lagi ke dalam mulutku. Karman memang jago ngentot, dia memilin-milinkan batang kontolnya di dalam lobangku sambil menarik ke atas, lalu dengan kembali dihujamkan dengan sangat cepat dan keras, ah rasa yang luar biasa.
Aku semakin menguatkan sedotanku pada kontol Bono dan jemariku juga memilin batang kontolnya. Bono berteriak-teriak histeris dan aku sangat yakin kali ini dia pasti segera memuncratkan pejuhnya. Jadi aku rapatkan kedua bibirku saat tubuh Bono mengejang, tak kubiarkan dia menarik kontolnya dari mulutku karena aku ingin menelan pejuhnya.
Bono menggeram dan kemudian dia menghujamkan batang kontolnya sampai bulu-bulu jembutnya menggelitik bibirku. Crot .. crot .. crot pejuhnya menyemprot langit-langit mulutku, sebagian ada yang langsung masuk ke tenggorokanku dan banyak yang meleleh-leleh keluar. Sementara Karman terus menggenjot lobangku dengan sangat bernafsu. Aku sudah tak kuat lagi, dientot dengan kontol sangat besar dan hujaman-hujaman keras seperti ini. Dengan cepat pejuhku mengalir dan muncrat tak keruan dari lobang kencing kontolku, berceceran dimana-mana.
Bono masih terlihat mengatur nafasnya ketika Karman menghujam dengan sangat kuat lalu memelukku begitu erat dari belakang. Aku merasakan semprotan dan aliran yang hangat di dalam lobangku. Dengusan nafas Karman terdengar tak keruan .. ahh.. puas sekali rasanya.
Bono masih terlihat mengatur nafasnya ketika Karman menghujam dengan sangat kuat lalu memelukku begitu erat dari belakang. Aku merasakan semprotan dan aliran yang hangat di dalam lobangku. Dengusan nafas Karman terdengar tak keruan .. ahh.. puas sekali rasanya.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar