Sore pukul 15.00 WIB saya bersama Ferry menjemput Giant, rekan kerjaku
di Bandara Soekarno-Hatta yang baru menyelesaikan tugasnya di Portugal.
Tiga puluh menit menunggu, Pesawat KLM yang ditumpangi Giant landing di
Soekarno-Hatta. Setelah berbasa-basi kami langsung menuju Twin Cam yang
diparkir di Bandara. Giant menceritakan kemolekan, kecantikan, keindahan
tubuh wanita-wanita Portugal, mancung, tinggi, dada yang montok serta
liang vagina yang sangat legit rasanya.
Giant terus menceritakan pertemuan-pertemuannya dengan wanita-wanita
Portugal yang ditidurinya, sampai-sampai saya dan Ferry terasa gerah,
dan ingin juga merasakan cewek-cewek Portugal itu. Disela-sela
pembicaraan kami Ferry bertanya."Giant, loe udah ngerasain memeknya
cewek Portugal, gue mau tanya nich loe udah ngerasain memeknya cewek
Indonesia belom?", sambil mengeluarkan rokok Giant menjawab."Gue dulu
pernah ngerasain lubang cewek Indonesia, tapi udah lama juga siich..,
dan kayaknya emang enakkan vagina Indonesia, lebih sempit tuch Ferr..",
Giant menjawab sekenanya.
Akhirnya karena ereksi, disela-sela obrolan itu, saya mencoba usul
kepada mereka berdua."Gimana kalo kita langsung aja ngerasain vagina
Indonesia.., mumpung Giant dollarnya blom sampe ke rumah!" masalahnya
kalo udah nyampe ke rumah doi pasti mbagi ke keluarganya dong".
Ide spontan yang saya lontarkan diterima oleh Ferry yang langsung
menanggapinya."Yoi, nich gue juga udah 2 minggu nggak ngerasain vagina!"
Gimana Giant..., Ok kan!", Dengan anggukan kepala Giant, langsung kami
sepakat untuk singgah dulu di panti pijat yang sekaligus tempat
berkumpulnya pereks-pereks Indonesia yang siap di pakai.
Masuk di Panti itu, kami langsung menuju Mini Bar yang letaknya di
tengah-tengah ruangan temaram berukuran 8 x 8 m. Mata kami memandang
sekeliling ruangan untuk mencari sasaran di dalam ruangan itu.
Wanita-wanita cantik sudah memasang perangkap untuk menggaet setiap pria
yang masuk. Rata-rata mereka berusia 18-35 tahun, pakaian mereka
rata-rata seronok namun yang membuat saya sedikit terpana, mereka ini
rata-rata memiliki HP dan mangaku sebagai mahasiswi salah satu perguruan
tinggi swasta di Jakarta.
Kami memesan 3 gelas bir yang langsung diservis oleh Mami (sebutan
Germo) tempat ini. Mami menawarkan si Tati yang berkulit kuning langsat
tinggi, dada montok dan rambut yang sebahu, kira-kira berumur 19 tahun
kepada Ferry. Saya pikir kalau yang seperti itu terlalu sempit bagi
saya, sedangkan Giant langsung menarik si Wati yang ke bule-bulean
dengan dada montok, betis indah, pantat yang bahenol, saya tebak paling
usianya baru 20. Mereka berdua langsung bercanda akrab, sambil sesekali
saling mencubit, sementara itu Mami juga menawarkan Itha pada saya, dia
sepertinya pendiam, tubuhnya tinggi, dada sedang, kulit kuling langsat,
rambut tidak terlalu panjang, namun yang membuat suka padanya, dia punya
body yang aduhai..., mirip gitar Spanyol. Usianya saya tebak sekitar
20-an, masih muda. Tapi wajah serta bodinya yang membuatku naksir berat
padanya.
Akhirnya kami sepakat masing-masing masuk ke kamar, Giant sama Wati,
Ferry sama Tati sedangkan saya langsung ke kamar bersama Itha. Saat saya
masuk kamar, Itha langsung menawarkan, "Apa Mas mau pake Kondom",? dan
langsung saya jawab, "Nggak usah..., nggak enak tuch Tha!". Itapun
menurut saja, dilanjutkan dengan, "Mas pakaiannya dilepasin apa mau
lepas sendiri nich?". "Masa saya sudah ngelepasin, punya saya Mas masih
blom siich?". Itha memang langsung melepaskan pakaiannya sendiri setelah
bertanya kepada saya sambil menutup pintu kamar yang tidak di kunci,
alasannya karena sekarang sering terjadi kejahatan, makanya maaf kalau
tidak di kunci katanya. Saya tidak menjawab pertanyaan Itha tadi, saya
masih terpana melihat kemolekan, dan keindahan bentuk tubuh Itha tanpa
sehelai benangpun yang masih segar, bak buah yang siap dipetik.
Itha terus melangkah maju mendekati saya dan langsung menengadahkan
kepalanya. Sambil mengulangi lagi pertanyaannya?, "Mas pakaiannya saya
bukain yach?", saya hanya bisa menganggukkan kepala. Satu persatu,
kancing kemeja saya di lepaskan, lalu kaos..., sementara mulut kami
telah saling berpagutan, tangan saya tidak tinggal diam, saya coba
menyelipkan di antara celah-celah himpitan badan kami berdua mengarah ke
buah dada Itha yang cukup menggairahkan itu. Sepertinya Itha
menginginkan permainan ini tapi saya menginginkan pijitan di badan saya
dulu, karena lelah sehabis melarikan Twin Cam saya.
Akhirnya Saya lepaskan pagutan dan remasan tangan di buah dada Itha yang
mulai sedikit mengeras, tanpa di minta Itha terus melepaskan celana
panjang dan celana dalam saya. Adik kecil yang tersembunyi di balik
celana dalam mulai sedikit mengeras, Itha terpana melihat penis saya
yang memang agak luar biasa ini. "Mas..., punyanya hebat banget nich".
Dengan penuh perasaan, Itha membelai batang kemaluan saya ini, sedikit
demi sedikit. Otot nikmat milik saya ini mulai bangkit dan dia langsung
mendekatkan wajahnya ke arah otot itu. Diciumnya, dilumatnya Otot itu.
Saya hanya bisa mengerang, "Uuggghh..., ooohh..., uuuggghh..., nikmatnya
Tha..., trusss..., trusss". Tapi saya tidak ingin memulai permainan
dulu, makanya saya minta Itha untuk berhenti dan memintanya untuk
memijat badan saya terlebih dahulu.
Dengan pandangan protes Itha menuruti perintah saya untuk memijit badan
saya. Saya diminta untuk tidur telungkup di atas tempat tidur yang ada
di kamar itu. Awalnya Itha mulai memijat pundak dengan tangannya yang
lentik, terasa nikmat pijitannya, terus sampai ke pinggang dan pantat
serta paha saya. Namun kurang lebih 10 menit kemudian Itha mulai memijat
dengan mempergunakan payudaranya, ooohh..., terasa empuk, nikmat dan
aagghh..., rasa nikmat mulai menjalari tubuh saya. Usapan payudaranya
menyapu seluruh tubuh saya, terasa semakin lama semakin mengeras.
Saya diminta untuk berbalik, sekarang posisi saya sudah menghadap ke
atas, sedangkan Itha langsung mencium mulut saya. Kami berpagutan
kembali dan saya mulai meremas lagi dada montok Itha. Sementara itu,
Pangkal selangkangan Itha yang sudah berada di atas otot nikmat saya
mulai berputar-putar. Sentuhan bibir vagina Itha yang lembut terus
menggelitik otot nikmat saya. Terasa nikmat..., dan Ithapun sepertinya
menikmati permainannya. Itha sepertinya sudah tidak sabar ingin segera
memulai permainan ini, dia lepaskan lumatan bibir saya dan dengan
sedikit kasar diturunkan badannya dan langsung dia ciumi otot nikmat
saya sambil sesekali dikocok dengan tangan lentiknya. Sepertinya dia
ingin menuntaskan permainan yang tadi saya hentikan setelah membuka
celana saya. Saya biarkan dia untuk beberapa lama menikmati otot nikmat
itu dan sayapun menikmati permainan mulut Itha yang jelas-jelas sudah
sangat trampil mengulum, mencium, menjilat Otot nikmat laki-laki.
Sudah lebih dari 10 menit Itha masih terus mengulum Otot nikmat saya,
tapi sepertinya dia belum merasa puas. Otot nikmat saya sudah 100% tegak
dan siap untuk bertempur. Tapi Itha tetap tidak melepaskan kulumannya,
"Oouuggghh nikmat Thaa..., trus..., trusss Tha..., Enaakkk..", saya
berpikir tidak salah pilihan saya pada Itha untuk memuaskan nafsu saya
ini, dia benar-benar sanggup membuat saya merasa nikmat. Saya lirik Itha
yang masih terus mencium, mengocok dan mengulum Otot nikmat saya.
Sampai akhirnya dia bangkit mencium bibir saya lagi dan berkata,
"Sekarang Mas..., sekarang..., cepat Mas..., aauugh..., basah punya saya
Mas..", saya coba meraba selangkangan Itha, dan memang saya rasakan
cairan agak bening keluar dari liang vagina Itha.
Pada posisi ini Itha terus mengarahkan Otot Nikmat yang telah membesar
itu ke liang Vaginanya, agak sedikit sulit Otot nikmat ini menembus
liang Vagina Itha yang walaupun sudah sering dimasukin penis laki-laki
tapi masih terasa sempit. Perlahan-lahan otot nikmat itu menyentuh bibir
Vagina Itha yang terasa lembut."Aauuugghh..., aauugghh..., Mas...,
enaakk Mas", Kepala Otot Nikmat itu masuk ke dalam liang Vagina Itha.
Perlahan sekali batang itu masuk. Itha pintar sekali mempermainkan otot
nikmat laki-laki, saya juga merasakan kenikmatan yang luar
biasa."Aauuuhhgg nikmat Tha..", sambil saya angkat pantat saya untuk
lebih memasukkan otot nikmat ini ke dalam vagina Itha yang sempit.
Itapun menyambutnya dengan erangan nikmat."Masss..., nikmat Mass...,
aauuugggghh..., Trusss Maas lebih dalam lagi".
Tubuh Itha semakin mempercepat turun naiknya tubuhku. Sepertinya Itha
akan memuntahkan laharnya. Saya tidak tahu ini lahar yang ke berapa
kalinya yang dia keluarkan. Tak beberapa lama dengan tubuh mengejang
Itha mencengkeram dada saya."Ooouuggghh Mas..., saya keluar Mas...,.
aauuugghh..., nikmat Mas terus Mas lebih dalam lagi..".Liang Vagina Itha
sudah banjir dan terasa sangat licin, walaupun saya merasakan nikmatnya
genjotan-genjotan Itha tapi saya masih belum mau mengakhiri permainan
ini.
Setelah agak rileks, Itha kuminta untuk tidur telentang biar saya yang
akan menindihnya. Ithapun menurut, sebelum dia tidur terlantang dia
mengambil handuk untuk mengeringkan cairan yang terlalu banyak keluar di
liang Vaginanya. Kemudian dia menelentangkan kedua kakinya dan meminta
saya untuk segera memberikan kenikmatan-kenikmatan lainnya."Masss...,
cepat Mass..., puaskan saya Mass..., baru sekali ini saya mendapatkan
tamu seperti Masss..., yang sanggup memberikan kenikmatan kepada saya",
ucapnya.
Otot nikmat yang sejak tadi tegak sempurna telah mengarah ke liang
vagina Itha yang telah dikeringkan cairannya. Liang ini terasa sedikit
kesat tapi saya coba menekannya lebih keras lagi. Itapun tak tinggal
diam, dia makin melebarkan kedua pahanya untuk lebih memberikan
keleluasaan Otot nikmat ini memasuki liang vaginanya."Aauuuhh...,
ssstt..., aauugghh..., nggak saya sangka..., Saya dapat vagina yang
begitu nikmat..", bisik saya di telinga Itha yang sedang merasakan
kenikmatan."Beri saya kenikmatan Mass..., Aauuuggghh..., trusss..",
jawab Itha.
Dari mulai perlahan-lahan saya menaik-turunkan tubuh saya, sampai
akhirnya saya sedikit mempercepat gerakan naik turun ini. Liang Itha
sudah mulai mengeluarkan cairan lagi. Dan Ithapun sudah seperti hilang
kendali, melenguh, meraung, menjambak-jambak rambut saya,
menggeleng-gelengkan kepalanya dan memutar-mutar pinggulnya sehingga
membuat saya semakin nikmat menghunjamkan otot nikmat ini ke liangnya.
Suara, "Crott..., croot..., crooottt", terdengan setiap kali otot nikmat
ini turun naik, sepertinya liang vagina Itha memang sudah membanjir
lagi, dan itapun semakin menikmati permainan ini.
Saya semakin mempercepat gerakan turun naik ini, karena saya rasakan
otot nikmat saya sudah berdenyut-denyut menandakan akan segera
menembakkan cairan kenikmatannya."aagghh Ithaa..., saya mau keluarrr..",
dengan terus makin mempercepat genjotan, hunjaman ke liang vagina
Itha."Saya juga mau keluar lagi Maas..., Bareng yach..., aauuughh..",
jawab Itha. Akhirnya dengan memeluk lebih keras tubuh Itha, saya
keluarkan cairan nikmat dalam liang vagina Itha, yang juga mengeluarkan
cairan nikmat untuk kesekian kalinya."Crrrooott..., crrrooott...,
crrrooot". "aauuugggghh?".Otot nikmat ini telah menyelesaikan tugasnya
dengan baik, dengan memberikan kenikmatan kepada setiap wanita yang
memerlukannya.
Itha mencium bibir saya dan memeluk saya. Sambil mengucapkan terima
kasih dan menjanjikan saya untuk menghubungi dia kapan saja bila saya
menginginkan. Kamipun mandi bersama sambil menyabuni tubuh kami
masing-masing secara bergantian.
Kami berdua tersenyum senang dan puas sambil keluar pintu kamar menuju
mini bar di mana kedua rekan saya telah menantikan saya, dengan tidak
sabar Ferry langsung ngomong."Apa loe pake Viagra..., kok loe lama
banget siich Benn..", Saya hanya senyum menjawab omongan Ferry."Nggak
tau tuch Masss..., pokoknya Mass Benny hebat banget tuch..., Saya sampe
kewalahan", jawab Itha mendengarkan omongan Ferry. Wati dan Tati
terlongo-longo Sambil berucap. "lain kali sama saya yach Mass", dan di
sambut tawa renyah kami semua He..., he..., he..., he..., he.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar