src="https://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.8.3/jquery.min.js" type="text/javascript">

Rabu, 30 Desember 2015

Cerita bokep Pembantu baruku yang sexy 

Sejak lulus SMA saya langsung kuliah S1 di K, dan sempat bekerja selama setahun di K setelah lulus S1.saya mendapat sponsor dari orang tua untuk melanjutkan pendidikan S2 di Australia. saya memilih kota Melbourne karena banyak teman-temanku yg menetap di sana.

Di pertengahan bulan November 2014 adalah awal dari liburan kuliah atau di Australia sering disebut dengan Summer holiday (liburan musim panas). Summer holiday di Australia biasanya maksimum selama 3 bulan lamanya. Saat itu adalah pertama kali saya pulang ke tanah air dari studi luar negeri.
Rindu sekali rasanya dengan makanan tanah air, teman-teman, dan orang tua. Saat itu saya pulang dengan pesawat Singapore Airlines dengan tujuan akhir Bandara Juanda, Surabaya. saya tiba di Surabaya sekitar pukul 11 pagi, dan keliatan supir utusan papah sudah sejak jam 10 pagi menunggu dengan sabar kedatanganku.
papah dan Mama nggak
menjemputku saat itu karena hari kedatanganku nggak jatuh pada hari Sabtu atau Minggu, ditambah lagi dengan macetnya lalu lintas akibat banjir lumpur di kota Porong yg bikin mereka malas untuk ikut menjemputku di bandara. Wajah supirku sudah nggak asing lagi denganku, karena supir kami ini sudah bekerja dengan papah sejak saya berumur 5 tahun. Dia sudah saya anggap seperti pamanku sendiri. saya sangat menghormatinya meskipun pekerjaannya cuma seorang supir. saya sempat mencari makan di kota Surabaya. Tempat favoritku tetap di restoran kwee tiau Apeng. Suasana restoran nampak nggak ramai, mungkin masih pagi hari.
Di malam hari terutama di malam minggu, restoran ini akan penuh dengan antrean panjang. Seabis makan, saya meminta supirku untuk langsung jos pulang ke M. badanku terasa letih sekali karena perjalanan yg panjang. Sepanjang perjalanan kami menghabiskan waktu mengobrol santai. Bahasa jawa supirku masih terkesan medok sekali. Dahulu semasa sma, bahasa jawaku juga lumayan medok. tetapi sejak kuliah di K, saya jarang memakai bahasa jawaku, sehingga terkesan sedikit luntur.
Tapi setiap kata-kata jawa yg terucap oleh supirku masih bisa saya mengerti 100%, cuma saja saya membalasnya dengan separuh jawa separuh bahasa Indo. Kemacetan lalu lintas akibat banjir lumpur di kota Porong sempat menyita perjalanan pulang kami. saya tiba di rumahku di kota M sekitar jam 4 sore.
Sesampai di gerbang rumah, supirku menekan klakson, memberi peringatan orang di dalam rumah untuk membuka pintu gerbang. gak kurang dari 2 menit, pintu gerbang terbuka dan saya membuka jendela mobilku memberi sapaan hangat kepada bibiku.
Bibiku yg satu ini juga lama ikut dengan papah dan Mama. Bibiku ini bernama Christa, dan sudah berumur sekitar 50 tahun lebih. Bibi Christa jago sekali memasak masakan Indonesia. Makanan bibi yg paling saya rindukan selama saya kuliah di K dan Melbourne. saya sudah bikin daftar panjang masakan Bibi Christa selama 3 bulan liburan musim panas ini.
Setelah bersalaman dan bercanda ria dengan Bibi Christa, tiba-tiba sosok cewek muda keluar dari pintu rumah memberikan salam kepadaku. saya sempat tercengang oleh wajah cantik cewek yg masih terasa asing bagiku. Ternyata cewek muda ini adalah pembantu rumah yg baru, karena pembantu sebelumnya telah menikah dan pindah bersama suaminya. saya menafsir bahwa umur cewek ini sekitar 17 tahun atau baru 18 tahun.
Setelah diperkenalkan oleh Bibi Christa, pembantu baruku ini bernama Veronica. Veronica berperawakan sedang, sekitar 158 cm. Kulitnya sawo matang. Matanya hitam dan lebar sehingga tambak bersinar-sinar. Rambutnya hitam sebahu. Besar toket nya bisa saya tafsirkan sekitar 32C.
Pinggulnya mantap dan kakinya mulus tanpa ada borok. Wajahnya cantik berhidung mancung, cuma saja bibirnya sedikit tebal. Tapi mungkin itu yg bikin nya unik. saya sempat nggak mengerti mengapa Mama bisa menemukan pembantu secantik ini.
Veronica membantuku membawa koper bagasiku masuk, dan menanyakan diriku apakah ada cucian atau pakaian kotor yg akan dicuci. Sepertinya Veronica telah diberi info oleh Mamaku bahwa saya biasanya selalu membawa pakaian kotor sewaktu pulang dari K.
Jadi nggak heran Mama bisa menduga bahwa saya pasti juga membawa baju kotor pulang. saya unpack 2 koper dan memisah-misahkan pakaian kotor dengan pakaian bersih, dan juga menata rapi oleh-oleh dari Australia. saya sudah menyiapkan semua sovenir-sovenir untuk papah, Mama, bibi Christa, supir papah.
Dan tentu saja oleh-oleh yg pertamanya buat pembantu lama yg kini sudah nggak bekerja lagi dengan kita, saya berikan kepada Veronica. papah saya belikan topi cowboy dari kulit kangguru. Menurutku cocok untuk papah, terutama disaat papah sedang berkunjung di kebun apelnya. Mama saya belikan kulit domba yg halus untuk hiasan lantai kamarnya.
Supir papah saya belikan korek api berlogokan kangguru dan kaos bergambarkan benua Australia. Sedangkan bibi Christa dan Veronica, saya belikan 2 parfum lokal untuk setiap orang. Veronica keliatan hepi banget diberi oleh-oleh parfum dariku. saya memang sengaja memilih parfum dengan botol yg unik, sehingga keliatan sedikit mahal.
papah dan Mama pulang dari kantor sekitar jam 6 sore. Malam itu bibi Christa saya minta untuk memasak petai udang kecap favoritku. saya melepas rindu dengan papah dan Mama. Kami berbincang-bincang sampai larut malam. gak terasa kami telah berbincang-bincang sampai jam 11 malam.
Kemudian saya berpamitan dengan papah dan Mama. Badanku sangat letih. saya sudah hampir 36 jam belum tidur. saya nggak terbiasa tidur di dalam pesawat. Sewaktu saya hendak menuju ke kamar tidurku, saya sempat berjalan berpas-pasan dengan Veronica. melihat saya hendak berpas-pasan dengannya, Veronica langsung membungkukkan sedikit badannya sambil berjalan. Mata kami nggak saling memandang satu sama lain. Menurut tradisi kami, nggak sopan pembantu bertatap pandang dengan ma kalau n saat berjalan berpas-pasan.
Malam itu, meskipun badan letih, saya masih belum langsung tidur. saya sedang ngeliat -lihat photo-photoku dan teman-teman di Melbourne di handphoneku. saya sempat kangen sedikit dengan Melbourne. saya juga sempat berpikir mengenai Veronica, dan penasaran sekali bagaimana Mama bisa menemukan pembantu secantik Veronica.
Keesokan harinya saya bangun jam 10 pagi. saya sudah nggak ingat sudah berapa jam saya tidur. Suasana rumah sedikit hening. papah dan Mama sudah pasti balik ke kantor lagi. saya memanggil-manggil bibi Christa, dan nggak ada jawaban darinya. gak lama kemudian Veronica muncul dari kebun belakang.
"Nyo Anton wis mangan? (tuan muda Anton sudah makan? )" tiba-tiba Veronica bertanya memecahkan suasana hening di rumah.
Istilah 'Nyo' adalah kependekan dari 'Sinyo' (bahasa Belanda rancu) yg sering dipake di Jawa yg artinya tuan muda. saya berusaha membalas pertanyaan Veronica dengan bahasa Jawa. Tapi saya sudah nggak terbiasa berbincang-bincang dengan 100% bahasa Jawa.
"Durung, saya sek tas tangi kok. Mana bibi? saya sudah laper nih! (Belon, saya baru aja bangun tidur.
Mana bibi? saya sudah lapar nih)" jawabku separuh Jawa separuh Indo. "Bibik melok nyonya. Ora ero budal nang endi.
Cerita Sex Veronica Pembantu Sexy Kerjaannya Bersihin Peju
Nyonya mau susu p pesen nang saya lek Nyo Anton pengen tuku apo gawe mangan isuk (Bibi ikut nyonya. nggak tau pigi kemana. Nyonya tadi titip pesan kepada saya kalo tuan Anton ingin beli apa untuk makan pagi)" kata Veronica.
Pagi itu saya berharap bibi Christa memasak untukku. Tapi apa boleh buat, saya akhirnya meminta Veronica untuk beli nasi pecel favoritku di dekat rumah. cuma sekitar 100 meter dari rumahku. Setelah memberi uang kepadanya, Veronica pun langsung segera berangkat. Sambil menunggu Veronica kembali, saya menyalakan TV sambil menonton acara-acara di MetroTV,
RCTI, Trans TV, dan lain-lain. Rindu sekali saya dengan siaran-siaran televisi Indonesia. saya sudah nggak sabar untuk menonton acara favoritku seperti Extravaganza, Empat Mata, dan banyak pula yg lainnya. cuma sekitar 20 menit, Veronica telah kembali. Sambil makan nasi pecel saya kembali menonton TV, sedangkan Veronica juga kembali ke kebun belakang kira-kira mencuci atau menjemur pakaian. Mataku sempat mencuri-curi pandang ke kebun belakang. terlihat wajahnya berkeringat karena terik matahari. Seperti yg saya duga, Veronica sedang menjemur pakaian. saya merasa kasihan terhadapnya, karena rata-rata pakaian yg dijemurnya adalah milikku.
Kulihat Veronica sedang berjinjit-jinjit sambil menjemur pakaian. Kaos yg dikenakan Veronica sedikit pendek, sehingga saya bisa ngeliat perut dan pusarnya. Perut Veronica ramping sekali. tete nya sedikit menonjol kedepan. saya sedikit bergairah ngeliat kelakuan Veronica saat itu. saya menjadi nggak berkonsentrasi menonton TV, mataku tetap melirik saja ke arah Veronica.
Tiba-tiba saya dikejutkan oleh suara bibi Christa.
"Anton sek tas tangi? ! Cek siange tangine. (Anton baru bangun.
Kok siang banget bangunnya)" suara bibi Christa membuyarkan semuanya. "Bibi teko endi? gak carik-carik mau. (Bibi dari mana? Dari tadi saya cari-cari)" jawabku.
"Bibi sek tas melok nyonya nang pasar. Mari ngono barengi nyonya nang omahe koncone nyonya diluk. (Bibi tadi ikut nyonya ke pasar.
Setelah itu nemenin nyonya ke rumah temannya sebentar)" jawab bibi. "Anton gelem opo siang iki? Gelem sambel lalapan Christa? (Anton pengen apa siang ini?
Pengen sambel lalapan Christa)" tanya bibi. Maklum memang sambel lalapan membuat an bibi Christa tiada duanya. Makanya saya menamakannya 'Sambel Lalapan Christa'. saya pernah berpikir untuk membuka depot khusus masakan bibi Christa. Mungkin suatu hari nanti rencanaku ini bisa terwujud.
"Wuah gelem bibi. Wis kangen saya mbek sambel lalapan Christa. Goreng ikan pindang mbek goreng tempe sisan yo.
(Wuah mau bibi. Dah kangen saya ama sambel lalapan Christa. Goreng ikan pindang dan goreng tempe juga yah)" jawabku dengan girangnya. Hari demi hari, waktuku cuma terbuang menonton TV, makan masakan-masakan bibi Christa, dan jalan-jalan ama teman-teman lama.
Kadang-kadang saya berkunjung ke rumah sodara papah, sodara Mama, dan sepupu-sepupuku. Lama kelamaan bahasa Jawaku kembali lagi seperti yg dulu. Sampai pada suatu hari, sekitar pertengahan bulan December 2006 Sudah sebulan lamanya, saya cuma bisa memandang sosok Veronica dari kejauhan. Semakin banyak memandang, semakin tumbuh rasa penasaran yg besar pula.
Veronica keliatan semakin lama semakin cantik di mataku. Dan maaf, kata-kata yg sebenarnya adalah Veronica semakin bikin ku bernafsu. Ingin sekali saya memiliki dirinya, jiwa dan raganya. saya seperti kerasukan saat ini, tiap kali saya ngeliat Veronica, otakku selalu terbayang-bayang dirinya saat terlanjang.
Pada suatu hari, seingatku itu hari Jumat. saya bangun kesiangan, lewat jam 11 pagi. Kepalaku pening karena bangun kesiangan. Kulihat sekeliling, bibi Christa sedang nggak ada di rumah. saya masa bodoh dengan keadaan sekitar yg sunyi. saya duduk di sofa empuk di ruang keluarga, tapi kali ini saya nggak menyalakan tv. Kudengar Veronica sedang di halaman belakang seperti biasanya mencuci baju.
Kali ini saya memberanikan niatku untuk mendekati, mungkin awalnya harus saling kenal dulu biar akrab. saya nggak pernah ngobrol santai dengan Veronica selama ini, kebanyakan saya ngobrolnya dengan bibi Christa. Karena mungkin saya telah dibesarkan juga oleh bibi Christa, jadi apa saja bisa nyambung bila ngobrol dengan bibi Christa. saya beranjak dari sofa dan menuju halaman belakang untuk mengajak Veronica ngobrol. namun cuma terhitung beberapa langkah dari pintu belakang, saya terpeset dan terpelanting di belakang.
Bunyi 'gubrakan' tubuhku lumayan keras, dan pinggangku sakitnya bukan main. Veronica terkejut ngeliat tubuhku yg terpelanting ke belakang. saya meringis kesakitan, sambil memegangi pinggangku yg sakitnya bukan main.
"Nyo Anton kok iso moro-moro tibo? (tuan muda Anton kok bisa tiba-tiba jatuh?)" tanya Veronica panik. saya cuma bisa meringis sambil menunjuk lantai yg masih basah.
"Lahh nyo Anton mosok ora ketok lek tehel'e sek basa ngono endi seng loro?(lah tuan muda Anton masa ngga liat kalo lantainya masih basah mana yg sakit? )" tanya Veronica sekali lagi. saya cuma bisanya meringis sambil memegang pinggulku yg masih saja sakit.
"Mlebu sek nyo Anton gak urut'e cekno mendingan longgo'o ndek sofa sek Veronica golek obat urut ndek kamar nyonya (masuk dulu tuan muda Anton saya urut biar mendingan duduk saja di sofa Veronica cari obat urut di kamar nyonya? )" pinta Veronica. saya menurut saja dengan permintaan Veronica. saya baringkan tubuhku di atas sofa empuk. gak lama kemudian Veronica kembali sambil membawa minyak tawon.
Dia memintaku berbaring dengan posisi telungkup, dan menyuruhku membuka setengah pakaian atasku. Saat ini saya ngga ada pikiran apa-apa, karena saya masih berkonsentrasi membuang rasa sakit di pinggangku. Veronica terus mengurut-urut pinggangku yg sakit lumayan lama, dan sekali-kali memijatnya. saya akui pijatan dan urutan Veronica terasa nikmat, sehingga perlahan-lahan rasa sakitnya mulai menghilang.
Ternyata pertolongan pertama yg ditawarkan Veronica sangat ampuh. Kini rasa sakit di pinggangku perlahan-lahan membaik, meskipun masih ada sedikit rasa sakit. namun rasa nikmat pijatan dan urutan Veronica bikin akal sehatku mati. saya kemudian timbul rencana lain di dalam otakku.
"Veronica ora enak iki ndek sofa nang jero kamarku wae ndek sofa iki kudu arep melorot wae badanku (Veronica kagak enak nih di atas sofa di dalam kamarku aja di atas sofa seperti yg mau melorot saja badanku )" pintaku. Veronica cuma mengangguk pertanda setuju. Kemudian saya menuju ke kamarku. Veronica memintaku untuk menunggu di kamar dulu, dia mau menyelesaikan jemuran baju dulu, karena tanggung. Di dalam kamar, otak kotorku sedang merencanakan taktik bagaimana mendapatkan tubuh
Veronica. Segala cara dan taktik telat saya pikirkan, dan banyak sekali yg ada di otak ini. Selang beberapa saat Veronica mengetok pintu kamarku, dan saya menyambutnya dengan gembira.
"Veronica, bibik Christa nyang endi? Teko omah jam piro jerene? (Veronica, bibi Christa pergi mana? Jam berapa nanti pulang katanya?)" tanyaku.
"Bibik ono urusan'e, ketokan'e sesok jange teko omah maneh. Koyok'e urusan penting. (Bibi ada urusan, terlihat nya besok baru pulang rumah lagi. Kayaknya urusan penting)" jawab Veronica. Mendengar jawaban Veronica tersebut, saya girangnya bukan main. Berarti cuma saya dan Veronica saja yg ada di rumah saat ini.
Papa/Mama pasti sedang di kantor, dan biasanya mereka baru pulang sekitar jam 6 sore, dan ini masih baru jam 12 siang lewat. saya mencium bau kemenangan.
"Veronica, pinggangku sek rodo loro tolong uruten maneh yo urutan-mu uenak tenan ora kalah mbek pijetan'e sing wis mahir (Veronica, pinggangku masih rada sakit nih tolong diurut lagi yah urutan-mu enak banget kagak kalah ama pijetan professional)" kataku sambil memujinya.
"Nyo Anton iki ono-ono wae iki sing pertama Veronica mijetin wong liyo ora ono pengalaman'e (tuan muda Anton ini ada-ada aja ini baru pertama kali Veronica pijitin orang lain masih belon ada pengalaman)" tundas Veronica.
"Walah walah sing pertama wae wes hebat pasti Veronica pisan hebat ndek bidang liyo (walah walah yg pertama kali aja sudah hebat pasti Veronica ada kehebatan di bidang lain) pujiku sekali lagi.
"Nyo Anton iso wae seh (tuan muda Anton bisa aja sih)" jawab Veronica singkat.
"Veronica ojok jeluk saya nganggo jeneng 'nyo' koyok cah cilik wae jeluk nganggo jeneng mas Anton wae (Veronica jangan panggil saya dengan nama 'nyo' kayak anak kecil aja panggil mas Anton aja)" pintaku.
Veronica cuma menganggu tanda setuju. Suasana kamar sempat hening, cuma terdengar bunyi napas Veronica yg sedang asyik mengurut pinggangku.
Tiba-tiba Veronica bertanya
"Wes mendingan saiki mas Anton? (Dah mendingan sekarang mas Anton)". Otakku langsung merespon pertanyaan Veronica dengan cepatnya. "Pinggangku wes mendingan, tapi roso-roso'ne pokangku rodo linu. Coba'en diurut pisan pokangku. (Pinggangku sudah mendingan, tapi rasanya pahaku rada linu.
Coba diurut juga pahaku)" jawabku ngawur tapi mengena. Tanpa protes atau bertanya Veronica langsung mengurut pahaku. Pertama-tama paha kananku kemudian paha kiriku, saling bergantian. Posisi tubuhku kini terlentang, sehingga setiap urutan-urutan yg diberikan Veronica sangat terasa nikmat. Ada sesuatu yg mengganjal di dalam celana dalamku, ingin berdiri saja maunya.
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network

















































Tidak ada komentar: